Bismillahir
Rohmanir Rohiim...
Terbangun
oleh suara alarm jam 2.17 dini hari, segera kuraih HP-ku untuk mematikan alarm
yang bisa saja mengganggu Mba’ Bayu dan Zahra. Setelah mematikan alarm,
langsung Fahni ketik sms untuk Sang Pangeran, mengingatkannya untuk menghadap
kepada Sang Pencipta. Alhamdulillah sang Pangeran pun tidak lama mengirim
balasan sms Fahni yang mengabarkan kalau dia sudah bangun. Setelah menerima sms
itu, Fahni kembali bersiap tidur karena lagi libur sholat, hehehe.
Ternyata
Zahra juga terbangun tak lama setelah alarm itu berbunyi, dia merasa kepanasan
dan minta kipas angin yang berada di kamar itu untuk dinyalakan kembali. Ibunya
pun bangun dan menyalakan kipas serta mengajak Zahra untuk tidur di kasur yang
berada di lantai agar Zahra tidak langsung terkena angin dari kipas yang
menyala (Zahra lagi batuk). Mereka pun meninggalkan Fahni sendirian di atas
tempat tidur yang lebar itu. Tak mengapalah, toch untuk kebaikan Zahra juga.
Menjelang
waktu subuh, Fahni sedikit tersadar dengan suara yang agak gaduh dari kamar
sebelah (kamar Uti-Kakungnya Zahra). Biasanya memang sekitar jam itu Uti-Kakung
bangun untuk melakukan sholat malam (sungguh rutinitas yang membuat hati damai
melihatnya. Fahni sangat bahagia Alloh SWT berkenan mempertemukan Fahni dengan
keluarga ini, Alhamdulillah..). Tak lama setelah mereka bangun, terdengarlah
suara adzan yang memberi isyarat bagi Muslim yang berada di sekitar Mushollah
untuk bangun dan menunaikan Sholat Subuh. Kakung Zahra sendiri setelah pensiun,
alhamdulillah tidak pernah letih untuk menjawab adzan dari Mushollah yang
berada dekat kediamannya dengan bersegera berangkat ke sana untuk menunaikan
sholat berjamaah.
Sepulangnya
Kakung dari Mushollah, langsung membangunkan Mba’ Bayu dan tentunya Fahni pun
segera beranjak dari tempat tidur untuk menarik kerudung sebelum pintu kamar
dibuka. Setelah memakai kerudung diri ini masih mau bermalas-malasan di tempat
tidur beberapa menit. Tapi mendengar Utinya Zahra mengaji di depan kamarnya
dengan TV yang sudah dinyalakan, Fahni pun segera masuk ke kamar mandi untuk
menyegarkan mata dengan membasuhkan air ke wajah, kemudian bersegera keluar
dari kamar tidur. Alhamdulillah hari ini bisa lagi melihat ceramah Ustadz yang
Fahni kagumi di TV.
Waktu
masih asyik menonton TV, Uti mengajak Fahni untuk sarapan bersama. Setelah acara
ceramah yang Fahni nonton selesai. Fahni pun beranjak ke dapur untuk mengambil
makanan kemudian sarapan di depan TV. Sarapan dengan menonton TV memang sangat
nikmat, jadinya tidak terasa menu sarapannya dah habis (hohoho). Pagi ini Fahni
sarapan bersama Zahra dan Ibunya juga di depan TV, itu karena kalau pagi Zahra
nonton kartun, pagi ini pun seperti itu, kami nonton kartun tentang kerajaan
gajah yang Fahni ingat sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar juga pernah
menontonya di salah satu stasiun TV Indonesia.
Hari
ini tak terasa waktu terlewati dengan sangat cepat. Mungkin karena dari pagi sudah
langsung beraktifitas. Nonton, sarapan, mencuci dan jalan-jalan keluar untuk
jajan (hihihi) dan masak-masak bersama Mba’ Bayu. Cerita tentang Fahni jalan
jajan itu karena saking inginnya makan coklat, Fahni bela-belain sewaktu sinar
Matahari sudah sangat menyengat berjalan sampai keluar pintu gerbang untuk
membelinya, lumayanlah jalan sekitar 250-300 meter(itung-itung olah raga siang,
hahaha).
Setelah
makan siang, Fahni mulai mengantuk, sepertinya latah liat Mba’ Bayu dan Zahra
yang tidur di sebelah Fahni yang sedang menonton TV. Fahni bangun, karena Mba’
Bayu membangunkan. Katanya ada telfon dari Pimpus, beliau ingin kami
memusyawarahkan suatu hal. Musyawarahnya lewat telfon (sekarang khan dah jaman
modern, hehehe). Ketika Fahni bangun, ternyata Uti-Kakung sudah pulang dari
Grogot (Uti-Kakung berangkat ke Grogot tadi pagi untuk mengurus beberapa hal). Ternyata
tidur Fahni sangat pulas, sampai-sampai Uti-Kakung pulang pun Fahni tidak
terbangun, ckckckc.
Sore
ini Fahni tidak bisa telfonan dengan Pangeran, karena Pangeran sedang menuju ke
Gowa bersama Adikku Ira, Mama dan juga Bapak. Katanya Nenek mencari Ira,
mungkin karena Ira memang sudah agak lama tidak pernah ke rumah Nenek. Fahni
pun telfonan dengan Ibu sore itu, Fahni telfonan dengan Ibu di ruang tamu
sambil menghadap ke luar pintu. Fahni melihat Kakung mau jalan dengan membawa persiapan
seperrti ingin berkebun, karena penasaran Fahni pun bertanya “Kakung mau kemana?”, mau mencari batang
pohon singkong jawabnya. Fahni pun melanjutkan telfonan dengan Ibu sampai Mba’
Bayu datang ke ruang tamu. Kami pun kembali bercengkrama di ruang tamu itu
sampai Kakung pulang membawa batang-batang pohon singkong. Melihat Kakung
pulang Mba’ Bayu bertanya “ada singkongnya?”, Kakung langsung
menunjuk ke samping motornya sambil mengatakan “ini”. Fahni langsung tersenyum senang mendengarnya. Maklumlah,
sudah beberapa hari ini Fahni dilanda kerinduan akan singkong goreng (lebay.com,
hahaha). Fahni ini memang sarangnya lapar mata, liat singkong goreng di FB,
langsung ingin makan singkong goreng juga (ckckckck). Alhamdulillah laparnya
itu bisa terobati di rumah Uti-Kakung.
Mba’
Bayu dengan gesitnya langsung mengambil singkong dalam kantongan dari motor
Kakung. Fahni pun menunggu di dapur dengan senangnya. Kami pun langsung bersiap
untuk mengeksekusi singkong-singkong itu, Mba’ Bayu mengupas singkongnya, Fahni
menyiapkan bumbu untuk merebusnya (singkong goreng bisa lebih lembut dimakan
setelah direbus terlebih dahulu). Karena sesuatu hal, Mba’ Bayu tidak bisa
menyelesaikan mengupas singkong, jadilah Kakung yang melanjutkan. Setelah semua
siap, singkong pun kami rebus.
Masuk
waktu magrib, kami tinggalkan dulu rutinitas di dapur. Setelah semua selesai
sholat magrib, kami pun kembali sibuk di dapur. Rebusan singkong pun sudah
matang dan siap untuk digoreng. Fahni menggoreng singkong sambil menyiapkan
bumbu untuk sambel petisnya, “mmmmm ......”
jadi pengen lagi (liurnya dah mau keluar ini, hihihi). Sambil menggoreng singkong
(setelah sambel selesai diulek), Fahni ingin membuat teh, Mba’ Bayu bilang
sekalian buat banyak aja. Segera saja kami siapkan yang awal persiapannya agak
ribet karena harus mencari teh lagi, karena persediaan yang di dapur tinggal
satu bungkus (teh celup). Sewaktu asyik Fahni menyeduh tehnya, “klik” mati lagi dech lampunya. Jadilah di
dapur kami senter-senteran karena semua persiapan belum selesai. Sambel pun
akhirnya ditumis dalam keadaan senter-senteran (hahaha, seru abis). Kakung bilang
waktu sambel masih ditumis “ini dah
kenyang duluan” (maksudnya, dah kenyang makan singkongnya, sambelnya belum
masak). Hihihi... kami memang salah strategi memasak kali ini, seharusnya
sambelnya dulu yang ditumis baru singkongnya yang digoreng.
Seusai
menumis sambal, kami pun meninggalkan dapur untuk mulai makan singkong goreng
di ruang tengah (ruang keluarga, atau bisa juga disebut ruang TV, hihihi). Kami
pun menyantap singkong goreng dengan lahap yang didampingi dengan teh hangat, “mmmmmm....sedaaaaap” (wah, ngiler lagi
nich). Memang enak makan ramai-ramai, walau itu cuma singkong goreng dan sambelnya
(orang-orang kota biasa menganggap itu sebagai makanan orang kampung). Makan sambil
berbagi cerita dengan keluarga Mba’ Bayu memang seperti merasa berada dalam
lingkup keluarga sendiri, penuh dengan keakraban (rindu Ibu dan keluarga di
Maros dan Pangkep, hikz...). Inilah keluarga keduaku selama berada di Kaltim dan
akan tetap Fahni anggap sebagai keluarga Fahni sampai nanti (^_^). Semoga kalian
senantiasa diberi keberkahan dan limpahan rezki yang penuh rahmat, aamiin Yaa
Alloh... Allohumma aamiin... (sungguh Fahni menyayangi kalian karena Alloh SWT,
insyaAlloh).
*ngilerka liat foto ubi bakar...
BalasHapusitu bukan ubi bakar, tapi ubi goreng(singkong goreng) T.
BalasHapusM saja masih ngiler liatnya, hehehe