Jumat, 07 Desember 2012

Awal Desember 2012 *Part 1*

Bismillahir Rohmanir Rohiim...


Cerita ini bermula pada hari selasa kemarin (04 Desember 2012). Pada hari ini Fahni berangkat menuju Kota Kabupaten Paser yang dikenal dengan sebutan Tana Grogot (sekarang berganti jadi Tana Paser) untuk mengantarkan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kab. Paser. Sebenarnya tujuan utama dari perjalanan ini bukan laporan itu (laporan bulanan ini rencananya akan Fahni antarkan hari Senin depan), melainkan Fahni harus pergi ke BKD (Badan Kepegawaian Daerah) untuk foto (katanya untuk kelengkapan Tanda Pengenal bagi pegawai negeri yang ada di Paser). Pembuatan foto ini ternyata sudah berlangsung lama (sejak bulan puasa kemarin, ckckckck), tapi herannya kenapa tidak ada pemberitahuan dari Pimpus??? (mungkin Pimpusnya lupa kali yach?..)

Alhamdulillah semua urusan penting yang Fahni ingin lakukan pada hari ini berjalan lancar (mumpung lagi di Kota, jadi selain foto masih ada beberapa kepentingan yang bisa Fahni lakukan). Yup! Semua bisa selesai sebelum masuk waktu Dhuhur.

Setelah urusan selesai, Fahni kembali ke rumah teman yang Fahni jadikan persinggahan kalau sedang berada di Grogot. Itu adalah rumah salah satu sahabat terbaik Fahni yang ada di Kaltim ini (juga sebagai teman kost Fahni di Kost-an yang baru, masih terhitung baru karena belum sampai setahun, baru mulai tinggal di sini awal bulan Romadhon kemarin, hehehe)

Dia adalah “Himmatul Ulya”, biasanya Fahni panggil dengan sebutan “Hima”, kami lahir di tahun yang sama (1985), tapi karena Fahni lebih tua bila dihitung dari bulannya, maka dia memanggil Fahni dengan sebutan “Mba’”(panggilan untuk kakak perempuan bagi orang Jawa). Dulu sebenarnya kami pernah tinggal di kost-an yang sama juga, itu waktu awal kami berada di Kecamatan Tanjung Harapan, desa Tanjung Aru ini. Dulu kami bertiga dalam satu kamar kost. Kami bertiga, Fahni, Hima dan Dian. Mereka berdua berprofesi sebagai bidan desa yang ditempatkan di desa Labuang Kallo dan desa Random pada waktu itu (pusban di desa tersebut), karena sesuai SK Bapak Bupati Paser menempatkan mereka di sana, jadi kami cuma sementara tinggal bertiga. Meraka berdua akan di tugaskan ke desa lain, bukan di pusat kecamatan (desa Tanjung Aru) seperti penempatan Fahni. Karena profesi Fahni sebagai nutrisionis, jadi memang penempatannya di Puskesmas Induk, padahal sebenarnya kalau menurut Fahni, sebaiknya di setiap desa juga ada nutrisionisnya masyarakat bisa lebih tersentuh dengan pengetahuan tentang gizi (karena terus terang saja, kadang ilmu gizi itu dipandang setengah mata oleh orang, padahal semua ilmu itu punya andil yang besar dalam perjalanan hidup manusia, tak terkecuali ilmu gizi, geleng-geleng.com)
Lanjut kisah tentang Hima ^_^
Walau kami beda suku (Hima suku Jawa), tapi kami bisa dibilang bisa satu pemikiran tentang cara hidup (walau memang ada bedanya juga, mana ada sich manusia yang pemikiran dan tingkah lakunya sama persis?.. anak kembar identik pun tidak sama dalam berpikir dan bertindak. Iya khan?). Kami bisa jadi sangat kompak bila bersama dari awal kami tinggal bersama, sampai kami berbeda tempat tugas pun (beda desa) kami masih menjaga silaturahim kami, apalagi karena kalau Fahni ke Grogot kalau tidak ke rumah Mba’ Bayu, Fahni selalu ke rumah Hima. Dan ternyata saat ini, kami kembali tinggal bersama walau di kost-an yang berbeda dari yang dulu (yang insyaAlloh lebih nyaman, aamiin).

Hima adalah sosok seorang sahabat yang Fahni amat kagumi, karena sedari kecil jiwa berwiraswastanya sudah tertanam. Dia pernah bercerita untuk mendapatkan uang jajan lebih, kaddang dia berjualan pernak-pernik ke teman-temannya di sekolah (itu waktu dia masih duduk di Sekolah Dasar). Yah, dia adalah sosok yang tangguh bagi Fahni, karena dia pantang menyerah dalam mengerjakan apa pun yang dia inginkan, sampai sekarang dia masih tetap sama, bahkan mungkin lebih bersemangat dengan adanya karunia dari Alloh SWT yang diamanahkan padanya, seorang anak yang lucu bernama “Muhammad Khairul Azzam”(suaminya sangat suka dengan Film KCB, tdk bermaksud promosi, hihihi). Baiklah, kita sudahi dulu kisah tentang Hima, semoga di hari-hari selanjutnya Fahni bisa bercerita lebih tentang sosok sahabat yang Fahni kagumi ini (insyaAlloh...aamiin Yaa Alloh)
Fahni makan siang di rumah Hima siang itu, kemudian berlanjut dengan ngobrol bersama Hima dan Mba’ Mus (kakak perempuan Hima) yang juga tinggal di rumah yang sama dengan Hima (karena awalnya memang Mba’ Mus yang lebih dulu tinggal di Grogot). Menjelang sore, Fahni bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Orang Tua Mba’ Bayu yang berada di Kecamatan Long Ikis, Desa Samuntai tepatnya. Setelah jam menunjukkan pukul empat sore kurang sepuluh menit, Fahni diantarkan ke terminal Grogot untuk naik mobil yang menuju ke Samuntai.
Setelah tiba di terminal, Fahni pun langsung membayar karcis untuk mobil yang akan Fahni tumpangi. Awalnya Fahni tidak merasa suntuk di terminal itu karena Fahni sempatkan untuk telfonan dengan Sang Pangeran tersayang (^_^). Tapi tidak lama kemudian perut Fahni terasa sangat sakit dan Sang Pangeran menyarankan untuk menyudahi dulu telfonannya supaya Fahni bisa berdzikir dengan harapan hal tersebut bisa mengurangi rasa sakit yang Fahni rasakan (karena memang sepatutnya kita sebagai hamba Alloh SWT sadar, bahwa yang bisa mengangkat penyakit dari seorang hamba adalah Sang Pencipta, maka haruslah kita hanya bersandar kepada-Nya, Ya!!! hanya kepada-Nya). Alhamdulillah sakitnya agak berkurang, setelah beberapa saat Fahni berdzikir, tapi hati ini merasa agak gelisah karena belum ada lagi penumpang yang datang. Waaa... selang beberapa menit dari munculnya kegelisahan itu, ada seorang perempuan yang datang untuk menumpang mobil untuk ke Penajam(Alhamdulillah ada yang tujuannya lebih jauh dariku, batinku). Sambil menunggu lagi, Fahni putuskan untuk menelfon Ibu. Menelfon Ibu, hati terasa amat tenang, tentunya!!! Ibu khan sosok yang memang untuk seorang anak sejak anak itu berbentuk janin di dalam kandungan Ibu. Akhirnya datanglah satu mobil angkutan kota yang membawa beberapa penumpang wanita yang juga ingin ke Penajam, so dengan gesitnya Fahni langsung naik ke mobil untuk mengatur posisi (hihihi).
Mobil yang Fahni tumpangi akhirnya akan melaju dari terminal setelah Pak Supir dan teman-temannya melihat penumpangnya sudah cukup banyak (hikz...Fahni menunggu sekitar sejam di terminal, baru mobilnya bisa jalan). Sudah enak ngatur posisi duduknya, eeee teman Pak Supir bilang kami semua(penumpang) harus ganti mobil dengan mobil yang ada di belakang (gemes dech rasanya, sambil agak ngomel dengan penumpang lain, kenapa tidak dari tadi bilangnya, sabar Fahni...sabar... hihihi). Jadilah kami semua pindah ke mobil yang ditunjuk dan setelah semua penumpang yang ada di terminal naik, mobilnya pun berangkat.
Perjalanan dari Grogot ke Samuntai setidaknya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam jika tak terkendala apa pun di jalan. Lumayan agak lama memang, jadi bisa tidur-tiduran, herannya Fahni tidak bisa tidur rasanya kali itu, mungkin karena hujan yang mengiri perjalanan itu. Jadinya terasa damai hati dan pikiran (^_^). Memasuki wilayah Samuntai, kenapa rasa-rasanya mengantuk yach?.. Wadduh, harus memaksakan diri untuk membelalakkan mata ini(hohoho), kalau tidak bisa kelewatan jadinya. Alhamdulillah dengan usaha yang sangat keras (hiperbola.com), tibalah Fahni di gerbang jalan masuk menuju rumah Orang Tua Mba’ Bayu.

Turun dari mobil, Fahni langsung mengirim pesan singkat (sms) ke Mba’ Bayu (sesuai pesannya, kalau Fahni sudah tiba di luar gerbang harus mengabari agar nanti dijemput). Sms dikirim... Sms diterima... hohoho, jadi ingat salah satu program TV lucu yang ada di salah satu stasiun TV jaman bahula. Menunggu Bapaknya Mba’ Bayu pulang dari Mushollah (Fahni sampai tepat waktu Sholat Magrib), Fahni melangkahkan kaki ke penjual gorengan yang tidak jauh dari gerbang itu. Fahni belilah beberapa gorengan yang ada di situ (itung-itung sebagai buah tangan yang lupa Fahni siapkan waktu di Grogot tadi, walau mungkin murah meriah). Waktu Ibu penjual gorengan membungkuskan gorengannya Kakungnya Zahra datang (Kakung, sebutan untuk Kakek dari suku Jawa, Zahra khan nama anaknya Mba’ Bayu, masih ingat cerita tentang si tikus, hehehe). Selesai dibungkus, Fahni pun berangkat dengan dibonceng Kakung masuk ke kediaman mereka. Alhamdulillah Fahni disambut dengan pemadaman lampu dari PLN Grogot di Samuntai ini.
Masuk ke rumah Uti-Kakungnya Zahra (Uti, sebutan nenek dari suku Jawa). Ternyata para penghuni rumah semua sedang bercengkrama di ruang tamu. Selain ada Si Empunya rumah beserta anak-cucunya, Uti-De (Sebutan untuk saudara nenek yang lebih tua) juga ada di situ (Alhamdulillah Fahni dan lumayan akrab dengan semua keluarga Mba’ Bayu yang ada di Kaltim ini). Jadilah kami bersenda gurau di ruang tamu itu setelah Fahni terlebih dahulu ijin masuk ke kamar mandi untuk mencuci kaki (cuci kaki dan tangan setelah dari luar rumah adalah salah satu Sunnah Rosulullah SAW yang patut kita contoh, agar syaitan yang ikut masuk ke rumah melalui kaki *selain kuman-kuman tentunya* bisa kita singkirkan dengan mencuci kaki, semoga di lain hari Fahni bisa menunjukkan hadistnya, insyaAlloh...aamiin). Lama kami berbagi cerita di ruang tamu itu sampai Uti-De dijemput Kakung-Po (sebutan untuk kakak laki-laki dari nenek, dalam hal ini suaminya Uti-De yang memang bersaudara kandung dengan Uti-nya Zahra).
Bongkar formasi pun akhirnya terjadi setelah Uti-De pulang(hahaha). Fahni pun masuk ke kamar Mba’ Bayu (kebetulan Bapak Zahra jalan ke Grogot sore tadi karena ada urusan mendadak) untuk ganti kostum dan bersih-bersih (mandi). Tapi sebelumnya tunggu giliran karena berbagi lampu dengan Zahra dan Ibunya. Setelah Mba’ Bayu selesai dengan urusannya di kamar mandi (hehehe), giliran Fahni yang menyelesaikan urusan di Kamar mandi (hohoho). Setelah keluar dari kamar mandi ternyata lampunya sudah menyala (Alhamdulillah). Walau lampu sudah menyala, kami tinggal tidur saja lagi karena memang lampunya nyala setelah jam istirahat.
Di kamar Mba’ Bayu malam itu, kami tidur bertiga, Mba’ Bayu, Zahra dan Fahni sendiri. Fahni dan Mba’ Bayu tidak langsung tidur ketika sudah berada di pembaringan, kami masih asyik berbagi kisah, baik kisah yang sudah pernah kami bagi, maupun yang belum. Seingat Fahni memang sudah agak lama kami tidak bercengkrama di tempat tidur seperti itu. Mungkin sejak Zahra dititipkan ke rumah Utinya untuk bersekolah. Saking asyiknya kami ngobrol, Zahra sampai bilang: cepat tidur, cepat juga bangunnya. Fahni langsung tersenyum dengan menahan tawa karena ucapan anak itu. Zahra ini memang termasuk anak yang cerdas dan cepat tanggap bila kita ditinjau dari segi usianya, jadi sangat sayang jika dia harus bersekolah di Tanjung Aru, tempat kami bekerja. Entah selang beberapa menit setelah ucapan anak itu, Fahni pun tertidur dalam buaian rasa capai di badan (hiperbola.com again, hehehe).

bersambung...

1 komentar:

  1. wah jauhx yach perjalananx kk..hihi..musafir itu benar2 membuat kita belajar banyak hal yah kakak.. ada hal yang tak kita sadari tapi jadi tersingkap saat musafir..apalagi hal2 yg kecil.. tidak sabar rasax utk baca part 2 x..hihi

    BalasHapus